Balun
Balun
adalah alat yang digunakan untuk menyesuaikan impedansi antara antena
dengan coaxial cable ia digunakan juga untuk menghubungkan antara feeder
line yang unbalance misalnya coaxial cable dengan antena yang balance
misalnya antena dipole.
Balun dapat dipandang sebagai suatu
transformator untuk link kopling antara feeder line dengan antena. Ia
terdiri atas gulungan kawat diatas ferrite ( batangan atau toroidal)
atau dapat juga inti udara. Balun dengan inti ferrite, harus
diperhatikan pemilihan jenis ferritenya.
Di pasaran terdapat
berbagai jenis toroid, jenis-jenis tersebut mempunyai sifat yang berbeda
ialah response-nya terhadap frekuensi. Ada toroid untuk frekuensi audio
dan toroid untuk flter AC (frekuensi rendah), ini tidak cocok untuk
balun. Ferrite batangan digunakan untuk antena radio MW (frekuensi
tinggi) bisa digunakan.
MEMBUAT REPITER SEDERHANA
BUAT SENDIRI REPEATER SEDERHANA MENGGUNAKAN HT IC2N
Kadang kala kita melaksanakan suatu even yang membutuhkan sebuah
repeater mini, misalkan dalam kegiatan PRAMUKA, signal dubling contest
dll, yang dapat membantu kegiatan tersebut. Dengan bantuan repeater mini
ini ada salah satu rekan yang pernah penulis uji cobakan pada kegiatan
PRAMUKA, dapat mengekonomiskan pemakaian batere para peserta
kegiatan,karena mereka cukup menggunakan LOW power bisa menjangkau
seluruh area. Pada pembuatan repeater ini penulis gunakan 2(dua) buah HT
IC2N dengan sedikit penambahan rangkaian , 1 buah tr 2SC828,2 buah
resistor 10 K, 1 buah resistor 1 K, 2 buah kondensator 0.1 uF, kabel
kontrol ½ meter, 1 buah jack speaker dan 1 buah jack mik. Penambahan
dilakukan pada IC2N yang berfungsi sebagai penerima, untuk yang
berfungsi sebagai pemancar tidak ada perubahan (sebagai pemancarnya
compatible segala HT merk ICOM dan Alinco).
Buat rangkaian tambahan yang penulis sertakan dan sisipkan pada HT IC2N
yang berfungsi sebagai penerima., untuk koneksi ke HT pemancar, kita
manfaatkan jack speaker dari HT. Maka kita perlu melepaskan kabel yang
terhubung sebelumnya dan menyambungkan secara permanen tanpa melewati
jack tersebut.
Setelah selesai kita tutup kembali HT tersebut, secara sepintas seperti
tidak ada perubahan , HT masih bisa dioperasikan untuk ngebreak melalui
PTT.
Buat kabel kontrol , ujung yang satu disambungkan dengan jack speaker dan yang satunya dihubungkan dengan jack mic.
Hubungkan kedua HT tersebut dengan kabel kontrol, coba buka squelch HT
penerimanya, maka HT pemancar akan mode transmit, tutup squelch HT
penerima maka HT pemancar akan kembali mode receive. Repeater mini sudah
selesai dan siap dipergunakan. Selisih frekwensi pancar dan terima bisa
dipilih sesuai keinginan pengguna, tapi usahakan sampai pancaran HT
pemancar tidak mengganggu (nyepleteri) HT penerima. Level modulasi
diatur dengan menggunakan potensio volume HT penerima.
Salam YD2OYD..Lets explore your mind
MODIFIKASI HT ICOM 2N UNTUK TX DAN RX DI REPEATER (bag 2)
Untuk repeater 146.620 Mhz,146.640 Mhz,146.700 Mhz
Seperti yang telah penulis janjikan, akan kita coba cara yang ke 2. Jika
pada cara yang pertama kita posisikan dial pada angka angka input dari
repeater, maka untuk cara yang kedua ini yang tertera adalah angka angka
output repeater, misal untuk repeater 146.620 Mhz pada cara yang
pertama dial tertera angka 602 yang berarti mewakili frekwensi 146.020
Mhz yang merupakan input dari repeater tersebut, sedangkan untuk cara
yang kedua ini untuk repeater 146.620 Mhz yang tertera pada dial adalah
662 yang mewakili frekwensi output repeater 146.620 Mhz.
Untuk cara yang kedua ini dibutuhkan 2 (dua) buah transistor jenis NPN,
yang berdaya rendah.dan murah harganya..misal 2SC829, 2SC828, dll
Langkah langkah pengerjaan:
1. Putuskan jalur dari Dual switch yang menuju pin no 8 dan 9 IC TC 9122.
2. Lepas 3 (tiga) kabel pada saklar Main / Dial (S1).dan sambungkan permanen untuk mode Dial.
3. Buat skema seperti diatas. A adalah V Rx 5V dan B adalah V utama /common 5V.
4. Posisi A adalah posisi operasi duplex dan B adalah posisi Normal.
5. Periksa dengan teliti pembuatan rangkaian .
6. Atur dial pada 662, 664 atau 670.
7. Posisikan S1 pada mode A ( duplex), coba dipergunakan untuk
menggunakan repeater. Jika skema dan perkabelan benar maka HT IC 2N bisa
dipergunakan untuk operasi duplex pada repeater.
Demikian sedikit modifikasi sederhana yang bisa penulis posting,semoga bermanfaat.
Untuk Posting berikutnya penulis akan mencoba menulis pembuatan mini
repeater menggunakan IC2N untuk kegiatan pada area terbatas.
Salam YD2OYD. Let’s Explore Your Mind
Penulis mencoba berikan petunjuk ubah 2N menjadi repeater control,yang
merupakan penjelasan posting terdahulu.Repeater control ini bisa
dipadukan dengan HT yang laen, atau bahkan transceiver jenis RIG. Pada
gambar penulis tunjukan titik penyambungan 2N dengan skema repeater
control pada posting sebelumnya.Pada penggunaanya SQUELCH 2N yang sudah
diubah ini harus pada posisi tertutup, tetapi tidak tertutup rapat,
cukup untuk membungkam "ngosos" saat tanpa ada sinyal yang masuk.
Rangkaian repeater control ini kita rangkai didalam 2N, sehingga walau
sudah dirubah, tampilan 2N masih seperti sedia kala,repeater control
ini ditujukan u kegiatan yang portable, mudah dipindah pindah
Antenna Yagi Untuk VHF
Antena Yagi untuk band VHF 2 meteran biasanya elemennya dibuat lebih
banyak untuk mendapatkan gain yang memuaskan penggunanya. Walaupun
disadari bahwa penambahan director makin banyak makin memberikan
tambahan gain yang makin kecil, akan tetapi karena ujud fisik antena
tersebut kecil dan ringan, maka penambahan elemen yang banyak tidak
mempunyai dampak buruk bagi ketahanan boom dan ketahanan terhadap tiupan
angin serta jumlah bahan yang dipakai.
Seperti halnya dengan
antena Yagi untuk HF, maka driven element dapat berupa dipole, akan
tetapi kebanyakan menggunakan gamma matching device. Untuk band 2
meteran, dimensi gamma matching device dibuat lebih kecil, seperti
terlihat pada gambar 5. Sedangkan bahan untuk elemen dapat digunakan
tubing aluminium dari 1⁄4 inch dan tidak perlu dibuat teleskopik.
Untuk
VHF 2 meteran, konfigurasi elemen-elemen dibuat tegak untuk mendapatkan
polarisasi vertikal. Yang perlu diperhatikan disini adalah feeder line
harus diatur sedemikian sehingga tegak lurus dengan arah bentangan
elemen. Feeder line dapat ditarik kearah belakang mengikuti boom atau
dapat juga ditarik tegak lurus dengan boom dan tegak lurus pula dengan
bentangan elemen.
Pada
gambar di perlihatkan contoh antena Yagi untuk VHF 2 meter dengan 7
elemen, terdiri atas driven element, reflektor dan 5 buah director.
Selanjutnya
rekan-rekan amatir bisa mengadakan modifikasi mengenai spacing dari
masing-masing elemen serta panjang masing-masing directornya untuk
memperoleh performance yang paling bagus. Disarankan bahwa setiap kita
mengadakan modifikasi, maka spasifikasi yang lama janganlah dibuang
tetapi dicatat, sehingga misalnya hasil modifikasinya kurang memuaskan,
kita masih dapat kembali pada spesifikasi terdahulu.
Apabila kita
perhatikan antena-antena buatan pabrik maka panjang serta spacing
elemen-elemen beragam. Dengan mempelajari antena-antena buatan pabrik
tersebut rekan-rekan amatir radio bisa mendapatkan inspirasi untuk
membuat modifikasi sehingga dicapai performance yang lebih baik.
Untuk
pembuatan matching device, berikut ini diberikan contoh pembuatan gamma
match untuk VHF 2M yang cocok digunakan pada antena seperti terdapat
pada contoh pada gambar. Gambar tersebut hanyalah sekedar memberikan
contoh salah satu cara membuat gamma matching device, rekan-rekan amatir
radio diharapkan dapat mengadakan modifikasi sehingga dapat ditemukan
device yang lebih bagus lagi.
Matching
dilakukan dengan mengatur gamma rod dan bracket sehingga didapatkan SWR
yang baik. Menggerakkan bracket berarti mengatur induktansi dan
menggerakkan rod berarti mengatur kapasitansi. Antara gamma rod dan
inner coaxial membentuk suatu kondensator, nilai kapasitansinya
ditentukan oleh panjang coaxial cable dalam gamma rod.
Selain
antena Yagi yang telah banyak dibahas disini, beberapa jenis antena
pengarah yang lain banyak juga digemari, misalnya antena Quad Beam, Log
Periodic dan sebagainya.
Dummy Load
Untuk
melakukan penguran SWR pada suatu feeder line, maka pada ujung feeder
line diberikan suatu dummy load sebagai pengganti antena. Dummy load ini
berfungsi menyerap RF yang masuk kepadanya sehingga tidak terjadi RF
balik dari luar feeder line (coaxial cable), dengan demikian SWR feeder
line dapat diukur secara murni.